JAKARTA, KOMPAS.com - Guru perlu aktif mempromosikan nilai-nilai kewarganegaraan, perdamaian, dan keberagaman. Sebab, guru mengemban misi menyiapkan generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab.
Guru juga harus membekali muridnya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup.
Hal itu merupakan bagian dari seruan bersama para pemimpin lembaga internasional untuk memperingati Hari Guru Internasional yang jatuh pada hari Selasa (5/10/2010).
Seruan bersama di Jakarta itu datang dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNESCO), Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), Program Pembangunan PBB (UNDP), Organisasi Buruh Internasional, dan Education International.
Para guru berperan untuk membangun harapan bangsa yang ingin memiliki generasi cinta damai dan hidup harmonis dalam keragaman. Sebab, banyak anak-anak saat ini mengalami trauma akibat menyaksikan kekerasan yang ekstrem, mengalami kehancuran rumah, dan kehilangan anggota keluarga.
Seruan dunia kepada guru itu, kata Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia Suparman, amat relevan dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini. Guru perlu ikut aktif memulihkan kondisi sosial masyarakat dengan mengampanyekan penghentian segala bentuk kekerasan dan konflik. Di sekolah, guru harus menerapkan sikap antidiskriminasi dan memahami keberagaman.
Pengamat pendidikan HAR Tilaar mengatakan, gesekan-gesekan sosial sering terjadi sebagai konsekuensi masyarakat Indonesia yang semakin tidak mengenal budaya Nusantara.
Pendidikan nasional tidak lagi memperkuat kebudayaan bangsa yang seharusnya diajarkan di sekolah. Ini terjadi karena pemerintah tak lagi menyatukan kedua unsur itu dalam satu departemen: pendidikan dan kebudayaan.
Tilaar menegaskan perlunya memperkuat pendidikan multikulturalisme di sekolah. Upaya itu penting untuk membentuk generasi muda yang mampu menghargai perbedaan budaya, agama, dan suku, serta keragaman lainnya.
”Pendidikan yang didesentralisasikan justru bisa mengancam. Bagaimana mau menyatukan bangsa Indonesia kalau guru terpaku di satu daerah. Ini karena guru sekarang jadi milik bupati atau wali kota,” katanya.
Setelah berbagai konflik melanda Indonesia berlatar belakang perbedaan agama dan suku, guru-guru mulai menyadari pentingnya membekali siswa dengan pendidikan damai.
Pendidikan damai
Seperti di Sulawesi Tengah dan Maluku, guru-guru yang difasilitasi World Vision Indonesia melalui Wahana Visi Indonesia (WVI) mengembangkan pendidikan damai yang dinamakan pendidikan harmoni.
”Pendidikan harmoni merujuk dari pendidikan damai. Kami ingin memastikan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan, hak asasi manusia, multikulturalisme, dan perlindungan anak terintegrasi dalam kurikulum SD,” kata Frida Siregar, staf WVI untuk Pendidikan Damai Wilayah Sulawesi dan Maluku.
Pendidikan harmoni lahir dari semangat penyatuan dalam keberagaman. Kompetensi nilai harmoni yang dikembangkan adalah harmoni diri (tanggung jawab, keyakinan pada ajaran agama, kepercayaan); harmoni sesama (penghargaan, kejujuran, kepedulian); serta harmoni alam (ramah lingkungan, melindungi, kewarganegaraan).
Menurut Frida, dari hasil penelitian awal WVI di Palu dan Poso tahun 2009 ditemukan bahwa pemahaman akan perbedaan suku dan agama yang ada di masyarakat masih lemah. Masih ditemukan anak dengan agresivitas tinggi, rasa dendam, dan enggan berinteraksi dengan teman yang berbeda agama.
Di Palu, 35 persen anak menyatakan tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama dan 14,2 persen tidak tahu. Di Poso, 10,8 persen anak tidak mau berteman dan 15 persen tidak tahu. (ELN)
Stadion Utama Gelora Bung Karno (VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews - Bola dan orang Indonesia. Keduanya begitu dekat belakangan ini. Semenjak sejumlah anak muda seperti Irfan Bachdim, Okto Maniani, Christian Gonzales, Arif Suyono dan kawan-kawan, menyedot rasa nasionalisme seantero negeri, lalu menyeretnya ke lapangan bola.
Begitu banyak tokoh politik, bisnis, bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengakui bahwa bola sudah mempersatukan bangsa. Bahkan jauh lebih ampuh dari kata-kata politisi di atas panggung. Sepanjang Piala AFF ini, sejumlah sengketa politik memang tenggelam, paling tidak dari permukaan.
Mungkin karena rasa nasionalisme itu, dunia bola kita belakangan ini jadi ramah. Hampir tak ada lagi suporter beringas, yang berarak keliling kota dan bikin kita meriang. Bahkan, meletupkan mercon di lapangan, kini sudah merasa bersalah, sebab itu akan membuat malu kesebelasan, juga bangsa.
Bola yang ramah itu mengundang berpuluh ribu orang ke Senayan. Menjejali Gelora Bung Karno. Memberi semangat kepada mereka yang berlaga. Pada semifinal Indonesia versus Filipina, sekitar 80 ribu orang meriuh di sana.
Seiring dengan itu, Stadion Utama Gelora Bung Karno kemudian kian terkenal. Stadion itu berada di kawasan Senayan, yang terletak di pusat kota Jakarta. Bagaimana riwayat stadion dan kawasan itu, belum banyak diketahui publik.
Dari sejumlah literatur dan peta yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau Batavia pada tahun 1902, kawasan Senayan itu semula bernama Wangsanajan, atau Wangsanayan menurut Ejaan Yang diperbaharui.
Konon Wangsanayan adalah pemilik tanah yang kini menjadi salah satu tempat elit di Jakarta itu. Mungkin penyebutannya agak sulit, lambat laun nama kawasan itu berubah jadi Senayan.
Informasi lainnya adalah bahwa kata Senayan dalam bahasa Betawi berarti Senenan atau jenis permainan berkuda. Nama itu diperkirakan muncul sejak masa penjajahan. Thomas Raffles (1808-1811). Saat itu, kawasan Senayan, dijadikan sebagai tempat warga Inggris bermain Polo.
Kawasan Senayan mulai banyak dikenal sejak didirikan gelanggang olahraga bertaraf internasional di lokasi ini. Pembangunan gelanggang olahraga ini dimulai awal 1958 atas bantuan Uni Soviet pada masa Perdana Menteri Nikita Kruschev. Biayanya ketika itu sebesar US$ 12,5 juta atau Rp 117,6 miliar.
Namun peletakan tiang pancang pertama dilakukan oleh Soekarno pada 8 Februari 1960 dan disaksikan langsung Wakil PM Uni Sovyet Anastas Mikoyan.
Gelanggang olah raga ini dibangun karena Indonesia tengah mengadakan gawai olahraga sekelas Olimpiade yang dikenal dengan nama Ganefo.
Ganefo adalah sebuah proyek mercusuar Bung Karno yang melombakan berbagai olah raga yang pesertanya berasal dari gerakan Negara Non Blok. Seiring dengan itu, nama stadion di kawasan Senayan dikenal sebagai Stadion Ganefo. Di situlah Soekarno beberapa kali berpidato membangkitkan nasionalisme rakyat.
Muncul gosip ketika itu PM Uni Soviet kecewa karena tidak ada tanda-tanda prasasti yang menyebutkan Uni Soviet-lah yang membangunnya.
Stadion yang awalnya mampu menampung 100.000 penonton ini kini susut menjadi 88.000 penonton pasca renovasi tahun 2007.
Belakangan nama Stadion Ganefo berubah penyebutan menjadi Stadion Gelora Senayan, seiring jatuhnya masa kepemimpinan Soekarno. Namun pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, nama Stadion Senayan diubah menjadi Stadion Gelora Bung Karno.
VIVAnews - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo mengakui ada tiga partai koalisi pemerintah yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan (Setgab) berinisiatif untuk bertemu dengan pimpinan teras PDIP.
"Ada tiga partai yang mengajak kami komunikasi," kata Tjahjo di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 22 Desember 2010. Namun, dia menolak untuk mengungkapkan nama ketiga partai itu.
Direktur Hubungan Eksternal Imparsial, Poengky Indarti (Antara/ Ismar Patrizki)
VIVAnews - Imparsial meminta agar draf RUU Intelijen yang sedang dibahas di DPR jangan terburu-buru disahkan. Karena draf RUU tersebut dinilai belum sepenuhnya mengakomodasi prinsip supremasi sipil, akuntabilitas, transparansi, rule of law, serta pengakuan terhadap HAM sebagai prinsip-prinsip negara yang demokratis.
Liputan6.com, Kuala Lumpur: Penyerang Timnas Malaysia Mohammad Safee Sali menganggap barisan pertahanan Timnas Indonesia begitu rapuh. Safee yakin Harimau Malaya mampu membalas sakit hatinya terhadap Indonesia pada leg pertama final Piala AFF 2010 di Stadion Nasional, Bukit Jalil, Malaysia, Ahad (26/12), dan menggondol trofi tersebut untuk kali pertama.
Safee mengatakan, seperti diwartakan Malaysia Utusan Online, Selasa (21/12),
Liputan6.com, Jakarta: Front Pembela Islam (FPI) di berbagai daerah masih menjadi pelaku tindakan intoleransi beragama tertinggi di Tanah Air. Demikian diungkapkan Direktur The Wahid Institute (WI) Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid dalam konferensi pers bertajuk "Laporan Kebebasan Beragama, Berkeyakinan dan Toleransi 2010" di kantornya di Jakarta, Selasa (21/12).
"Dari data yang diperoleh WI ternyata Front Pembela Islam (FPI) di masih menjadi pelaku intoleransi tertinggi dengan 24 tindakan atau 30 persen," ujar putri mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut.
JAKARTA, PedomanNEWS.com- Senin, 25 Oktober 2010 jalanan di Ibu Kota terlihat lengan dan arus kendaraannya lancar. keadaan demikian terjadi tepat pukul 09.00 WIB. Tapi apa yang terjadi ketika Dua jam setelah hujan lebat di siang harinya.
Jalan-jalan di seputaran ibu kota pun kelimpahan air yang menggenangi ruas jalan tersebut. Lalu masalah klasik pun timbul, kemacetan dimana-mana.
Waktu yang terbuang pun begitu banyak, lebih dari 8 jam kemacetan mewarnai ibu kota negara Republik Indonesia ini. "Saya pulang dari kantor jam 17.00 WIB dan sesampainya di Psr. Minggu tepat pukul 24:00 WIB" Ungkap salah seorang pengguna kendaraan umum yang sempat ditemuin oleh Yos, wartawan PedomanNEWS.com.
Jakarta macet total..
Jakarta kebanjiran lagi.
Kemana slogan atau janji-janji yang diucapkan oleh Bang Foke "Fauzi Bowo" disaat kampanye Pilkada DKI Jakarta yang lalu. "Serahkan permasalahan Jakarta pada ahlinya". Apakah seperti ini penanganan seorang ahli, sehingga kota metropolitan ini harus stack selama 8 jam lebih? Berkutat dengan banjir dan macetnya jalanan ibu kota.
Semoga Aparat Negara akan lebih bijak di dalam menyelesaikan permasalahan banjir dan kemacetan yang begitu pelik di ibu kota negara ini, sehingga masyarakat tidak terus dirugikan dengan keadaan tersebut.
Penulis: Yoseph Dionisius Lali Muga. l Editor: YDLM.
ILUSTRASI: Ada tiga kecenderungan seseorang memilih melanjutkan pendidikan ke tingkat pascasarjana, pertama ingin memperdalam pengetahuannya, menambah wawasan, dan pindah profesi.
JAKARTA, KOMPAS.com - Ada tiga kecenderungan seseorang memilih melanjutkan pendidikan ke tingkat pascasarjana. Padahal pilihannya hanya dua, mengambil program studi pascasarjana yang sesuai dengan ilmu di jenjang pendidikan sebelumnya atau justeru lintas ilmu.
"Lintas studi itu wajar, karena memang ada beberapa karakteristik mahasiswa pascarsarjana yang mendaftar seperti itu dari tahun ke tahun."
-- Vishnu Juwono
Demikian dikatakan Vishnu Juwono, Kepala Kantor Komunikasi dan Humas Universitas Indonesia (UI) kepada Kompas.com, Kamis (25/11/2010), menanggapi pesatnya animo pendaftaran mahasiswa baru pascasarjana di UI untuk tahun akademik 2010/2011.
"Lintas bidang studi itu wajar, karena memang ada beberapa segmen karakteristik mahasiswa pascarsarjana yang mendaftar dari tahun ke tahun seperti itu. Pertama, mahasiswa yang cenderung ingin memperdalam keahliannya sehingga mengambil jurusan yang sama. Biasanya, mahasiswa yang masuk katakteristik ini akan melanjutkan ke jenjang S-3," ujar dosen pascasarjana Hubungan Internasional (HI) ini.
Kecenderungan kedua adalah untuk memperluas wawasan. Contohnya, kata Vishnu, mahasiswa dari bidang studi hukum yang sudah merasa cukup dengan ilmu hukumnya dan ingin menambah wawasan baru di bidang ekonomi. Atau, sebaliknya, mahasiswa lulusan ekonomi justeru ingin memperdalam bidang hukum sebagai wawasan baru bagi dirinya.
"Ketiga, mungkin dia ingin pindah profesi dan memperdalam ilmunya di bidang tersebut. Semisal, yang tadinya bekerja di bidang TI dan tertarik ingin mendaftar di Kementrian Luar Negeri, akan mengambil program studi HI. Atau, lulusan teknik tiba-tiba ingin pindah profesi ke bidang keuangan atau bisnis," lanjut Vishnu.
Adapun jumlah pendaftar program pascasarjana UI tahun ini, kata Vishnu, sudah mencapai total 2.230. Pendaftar terbanyak berasal dari jenjang S-2 yang mencapai sekitar lebih dari 1.800 calon mahasiswa.
"Ini gelombang ketiga ketiga untuk tahun 2010 dan memang gelombang yang paling banyak pendaftar dari S-2," tuturnya.
Suasana pasca penyematan anggota organisasi Gerakan Mahasiswa Sosialis Univeristas Nasional, Minggu (19/12/2010) di Bogor.
PedomanNews.com - “Membangun Integritas Dalam Bingkai Sosialisme” demikian tulisan yang terpasang pada sebuah kain spanduk kecil di depan sebuah villa di kawasan Bogor. Pekan lalu tepatnya pada Jumat hingga Minggu (17-19/12),
DEPOK, PedomanNEWS.com - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Rabu (10/11/2010) kemarin pagi, memberikan kuliah umum di Universitas Indonesia. Kuliah umum di Balairung Universitas Indonesia tersebut dihadiri sekitar 6.000 orang dari berbagai kalangan.
Berikut ini adalah pidato Presiden Barack Obama dalam versi Bahasa Indonesia, yang di kutip dari situs resmi Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, di Jakarta.
PRESIDEN: Terima kasih, terima kasih, terima kasih banyak, terima kasih untuk anda semua. Selamat Pagi. (tepuk tangan). Sungguh menggembirakan berada disini, di Universitas Indonesia. Kepada para dosen, staf dan mahasiswa, dan kepada Dr. Gumilar Rusliwa Sumantri, terima kabih banyak atas keramahtamahan anda. (tepuk tangan)
Assalamualaikum dan salam sejahtera. Terima kasih untuk sambutan luar biasa ini. Terima kasih kepada rakyat Jakarta dan terima kasih kepada rakyat Indonesia.
Pulang kampung nih. (tepuk tangan). Saya sangat gembira kembali berada di Indonesia dan bahwa Michelle sempat menemani saya. Kami menghadapi beberapa pembatalan tahun ini, tetapi saya bertekad untuk mengunjungi negara yang punya arti sedemikian besarnya untuk saya. Sayangnya, ini merupakan kunjungan yang relatif singkat, tetapi saya berharap bisa datang kembali setahun dari sekarang, saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT Asia Timur. (tepuk tangan)
Sebelum saya lanjutkan, saya ingin menyampaikan bahwa pikiran dan doa kami bersama warga Indonesia yang terserang tsunami dan letusan gunung berapi baru-baru ini – khususnya mereka yang kehilangan sanak saudara yang mereka cintai dan mereka yang kehilangan tempat tinggal. Dan saya ingin anda semua mengetahui, seperti biasanya, Amerika Serikat mendampingi Indonesia dalam menanggapi bencana alam ini dan kami gembira bisa membantu sesuai kebutuhan. Ketika tetangga membantu tetangga lainnya dan keluarga menampung mereka yang kehilangan tempat tinggal, saya tahu bahwa kekuatan dan keuletan rakyat Indonesia akan membuat anda mampu mengatasinya sekali lagi.
Baiklah saya mulai dengan sebuah pernyataan sederhana: Indonesia bagian dari diri saya. (tepuk tangan). Saya pertama kali datang ke negara ini ketika ibu saya menikah dengan seorang Indonesia bernama Lolo Soetoro. Dan sebagai anak muda, saya -- sebagai anak muda saya datang ke dunia yang berbeda. Tetapi rakyat Indonesia secara cepat membuat saya merasa seperti di rumah sendiri.
Jakarta – kini, Jakarta sangat berbeda waktu itu. Kota ini memiliki bangunan-bangunan yang tingginya hanya beberapa tingkat. Ini tahun 1967, ’68 – kebanyakan dari anda belum lahir waktu itu (tawa). Hotel Indonesia merupakan salah satu dari sedikit gedung tinggi, dan hanya ada satu pusat belanja yang baru dan dinamakan Sarinah. Cuman itu. (tepuk tangan). Becak dan bemo, itulah kendaraan untuk bepergian. Kendaraan ini lebih banyak dari mobil waktu itu. Dan tak ada jalan raya lebar seperti sekarang. Kebanyakan berlanjut dengan jalan yang tidak diaspal dan kampung.
Lalu kami pindah ke Menteng Dalam, dimana – (tepuk tangan) -- hai, apakah ada yang dari Menteng Dalam disini. (tepuk tangan). Dan kami tinggal di sebuah rumah kecil. Kami punya pohon mangga di depannya. Dan saya jatuh cinta kepada Indonesia ketika bermain layang-layang, berlari di sepanjang sawah, menangkap capung dan membeli sate dan bakso dari penjaja di jalan. Sate! (tawa). Saya ingat itu. Bakso! (tawa). Tetapi yang paling saya ingat adalah orang-orangnya –- laki-laki dan perempuan tua yang menyambut kami dengan senyuman; anak-anak membuat seorang asing merasa bagai seorang tetangga; dan para sahabat dan guru yang membantu saya belajar mengenal negara ini.
Karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau, ratusan bahasa dan rakyat yang berasal dari banyak wilayah dan kelompok etnis, waktu yang saya lewatkan disini membantu saya menghargai kemanusiaan bersama dari semua rakyat. Dan meskipun ayah tiri saya, sebagaimana kebanyakan orang Indonesia, dibesarkan sebagai Muslim, ia secara kuat berpendapat bahwa semua agama haruslah dihormati. Dan lewat cara ini -- (tepuk tangan) -- lewat cara ini, ia mencerminkan semangat toleransi keagamaan yang juga terbetik dalam UUD Indonesia, dan hal itu tetap merupakan ciri-ciri menentukan dan mengilhami dari negara ini. (tepuk tangan).
Saya tinggal disini selama empat tahun –- suatu masa yang membantu membentuk masa kanak-kanak saya; suatu masa yang menyaksikan kelahiran adik perempuan saya yang cantik, Maya; dan suatu masa yang meninggalkan kesan sedemikian mendalamnya pada diri ibu saya sehingga ia selalu kembali ke Indonesia selama dua puluh tahun untuk tinggal, bekerja dan melakukan perjalanan –- memperjuangkan cita-citanya untuk menciptakan peluang di desa-desa Indonesia, khususnya untuk para perempuan dan gadis. Dan saya merasa begitu dihormati – (tepuk tangan) – Saya merasa begitu dihormati ketika tadi malam Presiden Yudhoyono pada acara makan malam memberi sebuah hadiah penghormatan atas nama ibu saya, memberi pengakuan atas karyanya. Dan ia pasti akan sangat bangga, karena ibu saya merasakan kedekatan dengan Indonesia dan rakyatnya sepanjang hidupnya. – (tepuk tangan).
Begitu banyak yang telah berubah dalam empat dekade sejak saya naik pesawat untuk kembali ke Hawaii. Kalau anda tanya saya – atau teman sekelas yang kenal dengan saya waktu itu – saya rasa tak seorang pun dari kami bisa mengantisipasi bahwa suatu hari saya kembali ke Jakarta sebagai Presiden Amerika Serikat. (tepuk tangan). Dan hanya sedikit yang bisa mengantisipasi kisah Indonesia yang luar biasa dalam empat dekade terakhir ini.
Jakarta yang saya pernah kenal kini tumbuh menjadi sebuah kota padat dengan penduduk hampir sepuluh juta, dengan pencakar langit yang membuat Hotel Indonesia tampak kecil, serta pusat-pusat budaya dan perdagangan yang hidup. Sementara teman-teman Indonesia saya dan saya dulu berlari-lari di sawah ditemani kerbau dan kambing – (tawa) --, sebuah generasi Indonesia yang baru kini terhubung dengan dunia - lewat telepon genggam dan jaringan sosial. Dan sementara Indonesia sebagai sebuah negara muda memusatkan perhatian ke dalam, Indonesia yang kini tumbuh memainkan peranan kunci di Asia Pasifik dan ekonomi global. – (tepuk tangan).
Perubahan ini juga meliputi politik. Ketika ayah tiri saya masih anak-anak, ia menyaksikan ayah dan kakaknya harus meninggalkan rumah mereka untuk berjuang dan gugur demi kemerdekaan Indonesia. Saya gembira berada di sini pada Hari Pahlawan guna menghormati begitu banyak orang Indonesia yang mengorbankan nyawa mereka untuk negara besar ini. (tepuk tangan).
Ketika saya pindah ke Jakarta, waktu itu 1967, suatu masa yang menyusul penderitaan dan konflik besar di bagian-bagian tertentu dari negara ini. Meskipun ayah tiri saya berdinas di Militer, kekerasan dan pembunuhan selama masa pergolakan politik itu tidak saya ketahui karena hal itu tidak dibicarakan oleh keluarga dan teman-teman Indonesia saya. Dalam rumah saya, sebagaimana di banyak rumah lainnya di seluruh Indonesia, hal ini merupakan kehadiran yang tidak terlihat. Indonesia memiliki kemerdekaan, tetapi acapkali mereka takut untuk membicarakan isu-isunya.
Dalam tahun-tahun sesudah itu, Indonesia telah meniti jalannya sendiri lewat transformasi demokratis yang luar biasa –- dari pemerintahan tangan besi ke pemerintahan dari rakyat. Dalam tahun-tahun terakhir, dunia menyaksikan dengan harapan dan ketakjuban, ketika rakyat Indonesia merangkul peralihan kekuasaan secara damai dan memilih langsung para pemimpin mereka. Dan sebagaimana demokrasi anda dilambangkan oleh Presiden dan parlemen anda yang terpilih, demokrasi anda berkesinambungan dan diperkuat lewat pengecekan dan keseimbangan dari sistem demokrasi itu: sebuah masyarakat madani yang dinamis; partai-partai politik dan serikat-serikat; sebuah media yang hidup dan warganegara yang terlibat serta memastikan bahwa - di Indonesia – tidak mungkin akan ada kembali ke masa lalu.
Namun sementara tempat tinggal masa muda saya ini telah mengalami begitu banyak perubahan, hal-hal yang membuat saya mencintai Indonesia -- semangat toleransi yang tertulis dalam UUD anda; dan dilambangkan dengan mesjid-mesjid, gereja-gereja dan kuil-kuil anda, yang berdiri berdampingan satu sama lainnya; semangat yang tercermin dalam diri rakyat anda - masih terus hidup. (tepuk tangan). Bhineka Tunggal Ika - persatuan dalam keragaman. (tepuk tangan). Ini merupakan dasar dari contoh Indonesia kepada dunia dan inilah mengapa Indonesia akan memainkan peranan sedemikian pentingnya dalam abad ke 21.
Jadi hari ini, saya kembali ke Indonesia sebagai sahabat, juga sebagai Presiden yang mengusahakan sebuah kemitraan yang dalam dan langgeng di antara kedua negara kita. (tepuk tangan). Karena sebagai negara yang besar dan beragam; sebagai tetangga pada kedua tepian Pasifik dan terutama sebagai demokrasi -- Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama terikat oleh kepentingan dan nilai-nilai bersama.
Kemarin, Presiden Yudhoyono dan saya mengumumkan sebuah Kemitraan Komprehensif yang baru antara Amerika Serikat dan Indonesia. Kami meningkatkan hubungan antara kedua pemerintahan di berbagai bidang, dan –- juga sama pentingnya –- kami meningkatkan hubungan di kalangan rakyat kita. Ini merupakan kemitraan yang setara, berakar pada kepentingan bersama dan saling menghormati.
Dengan sisa waktu hari ini, saya ingin membahas mengapa kisah yang saya baru ceritakan -- kisah Indonesia sejak masa-masa saya tinggal di sini -- sedemikian pentingnya untuk Amerika Serikat dan dunia. Saya fokuskan pada tiga bidang yang saling terkait dan mendasar bagi kemajuan manusia -- pembangunan, demokrasi dan agama.
Pertama, persahabatan antara Amerika Serikat dan Indonesia bisa memajukan kepentingan bersama kita dalam pembangunan.
Ketika saya pindah ke Indonesia, sulit membayangkan sebuah masa depan di mana kemakmuran keluarga di Chicago dan Jakarta akan terkait. Tetapi ekonomi-ekonomi kita sekarang global, dan penduduk Indonesia telah mengalami baik potensi maupun ancaman dari globalisasi: dari goncangan akibat krisis financial Asia pada tahun 90an sampai ke jutaan penduduk yang berhasil keluar dari kemiskinan. Itu berarti –- dan kita belajar dari krisis ekonomi baru-baru ini – kita punya taruhan dalam sukses masing-masing.
Amerika punya taruhan dalam Indonesia yang tumbuh, dengan kemakmuran yang terbagi secara luas dikalangan rakyat Indonesia -- karena sebuah kelas menengah yang meningkat disini berarti pasar baru bagi barang-barang kami, sebagaimana Amerika menjadi pasar untuk barang-barang anda. Jadi kami melakukan lebih banyak investasi di Indonesia, ekspor kami tumbuh hampir 50 persen dan kami membuka pintu untuk orang Amerika dan Indonesia guna berbisnis satu sama lainnya.
Amerika punya taruhan dalam sebuah Indonesia yang memainkan perannya yang tepat dalam membentuk ekonomi global. Lewat sudah masa-masa di mana tujuh atau delapan negara secara bersama-sama menentukan arah dari pasar global. Itulah sebabnya G-20 kini menjadi pusat kerjasama ekonomi internasional, sehingga ekonomi yang baru muncul seperti Indonesia punya suara yang lebih besar dan menanggung tanggung jawab lebih besar. Dan lewat kepemimpinannya dalam kelompok anti-korupsi G-20, Indonesia harus memimpin di panggung dunia serta menjadi panutan dalam merangkul transparansi dan akuntabilitas. (tepuk tangan).
Amerika memiliki taruhan dalam sebuah Indonesia yang memperjuangkan pembangunan berkesinambungan, karena cara kita tumbuh akan menentukan kualitas kehidupan kita dan kesehatan planet kita. Itulah sebabnya kami mengembangkan teknologi energi bersih yang bisa menggerakkan industri dan melestarikan sumber daya alam Indonesia yang berharga –- dan Amerika menyambut gembira kepemimpinan negara anda dalam usaha global untuk memerangi perubahan iklim.
Di atas segala-galanya, Amerika punya taruhan dalam sukses rakyat Indonesia. Di bawah kepala-kepala berita harian, kita harus membangun jembatan antara rakyat kita karena kita memiliki keamanan dan kemakmuran masa depan secara bersama. Itulah sebenarnya yang sedang kita lakukan –- lewat peningkatan kerjasama diantara ilmuwan dan peneliti kita dan dengan bekerja bersama-sama untuk memupuk kewirausahaan. Dan saya khususnya gembira bahwa kita berkomitmen untuk melipatgandakan jumlah pertukaran mahasiswa Amerika dan Indonesia yang akan belajar di negara kita masing-masing –- (tepuk tangan). Kami ingin lebih banyak mahasiswa Indonesia di sekolah-sekolah kami, dan lebih banyak mahasiswa Amerika datang belajar di negara ini (tepuk tangan). Kami ingin memupuk hubungan baru dan saling pengertian yang lebih mendalam diantara warga muda dalam abad yang masih muda ini.
Ini semuanya merupakan isu-isu yang benar-benar bermakna dalam kehidupan sehari-hari kita. Pembangunan, pada akhirnya, tidak sekadar berkaitan dengan tingkat pertumbuhan serta angka-angka dalam sebuah neraca. Pembangunan berkenaan dengan seorang anak yang bisa belajar ketrampilan yang dibutuhkannya dalam dunia yang sedang berubah. Pembangunan berkenaan dengan sebuah ide bagus yang diberi peluang untuk tumbuh menjadi sebuah bisnis dan tidak dicekik oleh korupsi. Pembangunan berkenaan dengan kekuatan-kekuatan yang telah berhasil mentransformasi Jakarta yang pernah saya kenal –- teknologi, perdagangan, aliran manusia dan barang -- yang diterjemahkan kedalam sebuah kehidupan yang lebih baik untuk semua warga Indonesia, untuk semua manusia, sebuah kehidupan yang ditandai oleh harga diri dan kesempatan.
Pembangunan seperti ini tidak bisa dipisahkan dari peran demokrasi.
Saat ini kita kadang kala mendengar bahwa demokrasi menghalangi kemajuan ekonomi. Ini bukan argumen baru. Khususnya di saat perubahan dan ketidakpastian ekonomi, sebagian pihak akan mengatakan bahwa lebih mudah untuk mengambil jalan pintas menuju pembangunan dengan menukar hak azasi manusia dengan kekuasaan negara. Tetapi itu bukan yang saya lihat dari kunjungan saya ke India, dan itu bukan pula yang saya lihat di sini di Indonesia. Pencapaian-pencapaian anda menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan saling memperkuat satu sama lain.
Seperti demokrasi mana pun, anda pernah mengalami langkah mundur dalam perjalanan anda. Amerika juga tidak berbeda. Konstitusi kami sendiri menyebutkan upaya untuk membentuk “sebuah persatuan yang lebih sempurna”, dan itu adalah perjalanan yang telah kami tempuh sejak itu. Kami mengalami Perang Saudara dan kami berjuang untuk memperluas hak-hak bagi semua warga negara kami. Tapi upaya ini pula yang telah membuat kami lebih kuat dan lebih makmur, selagi juga menjadi masyarakat yang lebih adil dan bebas.
Seperti negara-negara lain yang pernah dijajah pemerintah kolonial di abad lalu, Indonesia telah berjuang dan berkorban demi hak untuk menentukan nasib sendiri. Inilah makna Hari Pahlawan – sebuah Indonesia yang merupakan milik warga Indonesia. Tapi anda juga pada akhirnya memutuskan bahwa kebebasan tidak berarti menggantikan tangan besi pemerintah kolonial dengan tangan besi sendiri.
Tentu saja demokrasi itu tidaklah rapi. Tidak semua orang menyukai hasil setiap pemilihan. Anda mengalami kemajuan dan kemunduran. Tetapi perjalanan yang anda tempuh ini tetap layak, dan lebih dari sekadar mengisi kotak suara dalam pemilihan. Perlu ada lembaga kuat untuk mengawasi kekuasaan -- konsentrasi kekuasaan. Perlu ada pasar-pasar terbuka guna memungkinkan individu-individu untuk maju. Perlu ada pers bebas dan sistem keadilan yang independen untuk menghapus penyalahgunaan dan ekses, serta untuk menagih akuntabilitas. Perlu ada masyarakat yang terbuka dan warga negara yang aktif untuk menolak ketimpangan dan ketidakadilan.
Ini adalah kekuatan-kekuatan yang akan memajukan Indonesia. Dan akan harus ada penolakan terhadap toleransi pada korupsi yang menghalangi kesempatan; juga komitmen terhadap transparansi yang memberi setiap warga Indonesia kepentingan dalam pemerintahan; dan keyakinan bahwa kebebasan rakyat Indonesia -- yang telah diperjuangkan rakyat Indonesia adalah hal yang mempersatukan negara besar ini.
Itulah pesan dari rakyat Indonesia yang telah memajukan kisah demokratis ini – mulai dari mereka yang bertarung dalam Perang Surabaya tepat 55 tahun lalu hari ini hingga para mahasiswa yang berdemo secara damai untuk demokrasi di tahun 1990-an; juga para pemimpin yang telah merangkul transisi kekuasaan secara damai di abad yang masih muda ini. Karena pada akhirnya, hak warga negaralah yang akan menyatukan Nusantara yang luar biasa dan menjangkau dari Sabang hingga Merauke ini – sebuah ketetapan hati – (tepuk tangan) – sebuah ketetapan hati agar setiap anak yang lahir di negara ini akan diperlakukan sama, terlepas dari asal-usulnya apakah dari Jawa atau Aceh; dari Bali atau Papua. (Tepuk tangan). Bahwa semua orang Indonesia memiliki hak yang sama.
Upaya tersebut terlihat pula dari contoh yang kini ditunjukkan Indonesia di luar negeri. Indonesia mengambil inisiatif untuk mendirikan Forum Demokrasi Bali, sebuah forum terbuka bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik untuk memupuk demokrasi. Indonesia juga telah berada di garda depan dalam upaya menuntut perhatian lebih banyak terhadap HAM di ASEAN. Negara-negara di Asia Tenggara harus memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri, dan Amerika Serikat sangat mendukung hak tersebut. Tetapi rakyat Asia Tenggara juga harus memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri. Dan itu sebabnya kami mengutuk pemilihan di Burma baru-baru ini yang tidak bebas dan adil. Itu sebabnya kami mendukung masyarakat madani anda yang kuat untuk bekerja sama dengan rekan setara anda di seluruh kawasan ini. Karena tidak ada alasan mengapa rasa hormat terhadap HAM harus berhenti di perbatasan sebuah negara.
Bergandengan tangan, inilah makna pembangunan dan demokrasi, bahwa nilai-nilai tertentu bersifat universal. Kemakmuran tanpa kebebasan adalah bentuk lain kemiskinan. Karena ada aspirasi yang dirasakan umat manusia –- kebebasan untuk mengetahui bahwa pemimpin anda bertanggung jawab kepada anda, dan bahwa anda tidak akan dipenjara karena ketidaksepakatan dengan mereka; kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan untuk dapat bekerja dengan martabat; kebebasan untuk beribadah tanpa rasa takut atau pembatasan.
Itu adalah nilai-nilai universal yang harus dipraktikkan di mana pun. Sekarang, agama adalah topik terakhir yang ingin saya bicarakan hari ini, dan –- seperti demokrasi dan pembangunan – agama adalah unsur fundamental dalam kisah Indonesia.
Seperti negara-negara Asia lain yang saya kunjungi dalam perjalanan ini, Indonesia sangat spiritual -– tempat di mana orang menyanjung Tuhan dengan banyak cara berbeda. Bersamaan dengan keragaman yang kaya raya ini, Indonesia juga memiliki populasi Muslim terbesar –- sebuah fakta yang saya temui sebagai anak kecil ketika saya mendengar panggilan untuk shalat di seluruh Jakarta.
Seperti halnya individu tidak hanya didefinisikan oleh kepercayaannya, Indonesia juga tidak hanya didefinisikan oleh populasi Muslimnya. Tapi kita juga tahu bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan masyarakat Muslim telah tercerai berai selama bertahun-tahun. Sebagai Presiden, saya menjadikan upaya memperbaiki hubungan ini sebagai prioritas. (Tepuk tangan). Sebagai bagian upaya tersebut, saya pergi ke Kairo bulan Juni lalu dan saya menyerukan sebuah awal baru antara Amerika Serikat dan Muslim di seluruh dunia -– yaitu awal yang membentuk jalan bagi kita untuk mengatasi perbedaan antara kita.
Waktu itu saya mengatakan, dan saya mengulanginya sekarang, bahwa tidak ada satu pidato tunggal yang dapat menghilangkan rasa tidak percaya yang terpupuk selama bertahun-tahun. Tapi saya yakin waktu itu, dan saya juga yakin hari ini, bahwa kita punya pilihan. Kita dapat memilih untuk dicirikan oleh perbedaan-perbedaan kita, lalu menyerah kepada semua masa depan penuh kecurigaan dan rasa tidak percaya. Atau kita dapat memilih untuk bekerja keras mencari persamaan, dan membuat komitmen untuk terus mengejar kemajuan. Dan saya dapat menjanjikan kepada anda – bahwa kemunduran apapun yang timbul, Amerika Serikat berkomitmen terhadap kemajuan manusia. Itu adalah kami. Itu yang sudah kami lakukan. Dan itu yang akan kami kerjakan. (Tepuk tangan).
Sekarang, kami tahu betul isu-isu yang telah menimbulkan ketegangan selama bertahun-tahun – dan ini adalah isu-isu yang telah saya ungkapkan di Kairo. Selama 17 bulan terakhir setelah penyampaian pidato tersebut, kita telah mencapai kemajuan, tapi kita masih punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Warga negara sipil di Amerika, Indonesia, dan di seluruh dunia masih menjadi target ekstremisme keras. Saya telah perjelas bahwa Amerika bukan, dan tidak akan pernah, berperang dengan Islam. Tetapi kita semua harus bekerja sama untuk mengalahkan al Qaida dan sekutu-sekutunya, yang tidak berhak mengaku sebagai pemimpin agama mana pun – dan sudah pasti bukan pemimpin agama dunia yang besar seperti Islam. Tapi mereka yang ingin membangun tidak boleh mengalah kepada teroris yang ingin merusak. Dan ini bukan tugas Amerika semata. Di sini di Indonesia, anda bahkan telah mencapai kemajuan dengan menangkapi ekstremis dan memerangi kekerasan.
Di Afghanistan, kami terus bekerja sama dengan sebuah koalisi negara-negara untuk membangun kapasitas pemerintah Afghanistan guna mengamankan masa depan mereka. Kepentingan bersama kami adalah membangun perdamaian di sebuah daerah yang hancur akibat perang -– perdamaian yang tidak memberikan tempat berlindung bagi kaum ekstremis keras, dan yang memberi harapan bagi rakyat Afghanistan.
Sementara itu, kami juga telah mencapai kemajuan dalam salah satu komitmen utama kami – yaitu upaya untuk mengakhiri perang di Irak. Hampir seratus ribu tentara Amerika kini telah meninggalkan Irak, di masa kepresidenan saya. (Tepuk tangan). Rakyat Irak mengemban tanggung jawab penuh atas keamanan mereka. Dan kami akan terus mendukung Irak dalam upaya mereka membentuk pemerintah yang inklusif, dan kami akan memulangkan semua tentara kami.
Di Timur Tengah, kami telah menghadapi awal buruk dan kemunduran, tapi kami tidak menyerah dalam memperjuangkan perdamaian. Rakyat Israel dan Palestina telah memulai kembali pembicaraan langsung antar mereka, tapi hambatan-hambatan besar masih ada. Jangan ada ilusi bahwa perdamaian dan keamanan akan datang dengan mudah. Tapi jangan ada keraguan: Amerika akan berupaya penuh untuk mencapai hasil yang adil, dan ini adalah kepentingan semua pihak yang terlibat -- dua negara, Israel dan Palestina, hidup berdampingan dalam damai dan keamanan. Itu adalah tujuan kami. (Tepuk tangan).
Taruhannya tinggi dalam memecahkan semua isu ini. Karena dunia kita semakin kecil dan sementara kekuatan-kekuatan yang menghubungkan kita juga menciptakan peluang dan kekayaan yang besar, kekuatan-kekuatan tersebut juga memberdayakan mereka yang berniat menghambat kemajuan. Satu bom di sebuah pasar dapat menghancurkan maraknya perdagangan harian. Satu kabar angin yang dibisikkan dapat menutupi kebenaran, dan memicu kekerasan antar masyarakat yang sebelumnya hidup bersama dalam damai. Di masa perubahan cepat dan perbenturan budaya ini, apa yang kita miliki bersama sebagai umat manusia terkadang bisa hilang.
Tapi saya percaya bahwa sejarah Amerika dan Indonesia bisa memberi kita harapan. Ini adalah kisah yang tertulis dalam moto nasional kita. Di Amerika, moto kami adalah E pluribus unum – dari banyak, muncul satu. Bhinneka Tunggal Ika – persatuan dalam keragaman. (Tepuk tangan). Kita adalah dua negara yang telah menempuh jalur berbeda. Tetapi kedua negara kita menunjukkan bahwa ratusan juta yang memiliki keyakinan berbeda dapat dipersatukan dalam kebebasan di bawah satu bendera. Dan kita kini sedang membangun berdasarkan kemanusiaan bersama ini –- melalui orang-orang muda yang akan belajar di sekolah-sekolah di kedua negara kita; melalui para wirausahawan yang memperkuat ikatan yang dapat membawa kemakmuran yang lebih besar; dan melalui penerimaan kita atas nilai-nilai demokrasi yang mendasar dan aspirasi umat manusia.
Sebelum saya datang kesini, saya mengunjungi masjid Istiqlal -– sebuah tempat ibadah yang dulu masih dibangun ketika saya tinggal di Jakarta. Saya mengagumi menaranya yang tinggi, kubahnya yang besar, dan ruang dalamnya yang menyambut pengunjung. Tapi nama dan sejarahnya juga mewakili apa yang menjadikan Indonesia besar. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya sebagian adalah kesaksian dari perjuangan negara ini untuk mendapat kebebasan. Selain itu, rumah ibadah bagi ribuan umat Muslim dirancang oleh seorang arsitek Kristen. (Tepuk tangan).
Itulah jiwa Indonesia. Itulah pesan dari falsafah inklusif Indonesia, Pancasila. (Tepuk tangan). Di seluruh nusantara yang menyimpan sejumlah ciptaan Tuhan yang paling indah, muncul pulau-pulau di atas samudera yang dinamai untuk kebebasan, dan rakyat yang memilih cara beribadah kepada Tuhan sesuai keinginan mereka. Islam berkembang, demikian pula agama-agama lain. Pembangunan diperkuat oleh kemunculan demokrasi. Tradisi lama bertahan, meski negara bergerak maju sebagai kekuatan yang menanjak.
Itu bukan berarti Indonesia tidak memiliki cacat. Tidak ada satupun negara yang sempurna. Tapi di sini kita dapat menemukan kemampuan untuk menjembatani perbedaan ras dan kawasan dan agama –- melalui kemampuan untuk melihat diri anda sendiri dalam semua individu. Sebagai seorang anak berketurunan banyak ras dan datang kemari dari negeri jauh, saya menemukan semangat ini dalam sambutan yang saya terima ketika pindah kesini: Selamat Datang. Sebagai seorang Kristen yang mengunjungi masjid dalam lawatan ini, saya menemukannya dalam kata-kata seorang pemimpin yang ditanyai mengenai kunjungan saya ini dan ia mengatakan “Muslim juga diizinkan mengunjungi gereja. Kita semua adalah umat Tuhan.”
Percikan kebijakan itu hidup dalam diri kita semua. Kita tidak dapat mengalah pada keraguan atau sikap sinis atau keputusasaan. Kisah Indonesia dan Amerika harus membuat kita optimis, karena menunjukkan kepada kita bahwa sejarah berada di sisi kemajuan manusia; bahwa persatuan lebih kuat daripada perpecahan; dan bahwa rakyat dunia ini dapat hidup bersama dalam damai. Semoga kedua negara kita dengan bekerja bersama, dengan keyakinan dan ketetapan hati, berbagi kebenaran ini dengan semua umat manusia.
Sebagai penutup, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia: terima kasih atas. Terima kasih. Assalamu’alaikum. Thank you.
JAKARTA - Garuda Indonesia membuka posisi Management Trainee (MT) buat kamu para sarjana baru!
Syaratnya, kamu haruslah seorang warga negara Indonesia (WNI) berusia maksimal 26 tahun untuk sarjana dan 28 tahun untuk master. Jika kamu sarjana, maka nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) minimalmu haruslah 3.00 (skala 4); sedangkan pemegang gelar master harus memiliki IPK minimal 3.25 (skala 4).
Selain lancar berbahasa Inggris, kamu juga harus mampu mengoperasikan komputer, minimal Microsoft Office dan browsing internet. Pengalamanmu dalma bidang manajemen dan kepemimpinan akan menjadi nilai tambah dalam seleksi ini.
Tertarik melamar? Kirimkan berkas berisi surat lamaran, curriculum vitae (CV), dan pas foto terakhirmu ke:
Human Capital Management Garuda City Center,
Management Building Ground Floor Soekarno-Hatta International Airport
Cengkareng 19120, Indonesia.
Kamu juga bisa mengirimkan berkasmu melalui email ke alamat recruitment@garuda-indonesia.comAlamat e-mail ini diproteksi dari spambot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya , dengan ukuran file maksimal 200 KB.
Jangan lupa cantumkan kode MT di sudut kanan atas amplopmu atau dalam subjek emailmu, ya. Ayo bergegas, berkasmu ditunggu hingga 16 November 2010!(rhs)
Jakarta, PedomanNEWS.com - Soegeng Sarjadi School of Government (SSSG) sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan dan kursus ketatalaksanaan, Minggu, 26 September 2010 menyelenggarakan Studium Generale "Reformasi Politik dan Demokratisasi di Malaysia Menuju Persahabatan Setara Malaysia-Indonesia" dengan pembicara Dr. Dato' Seri Anwar Ibrahim (Mantan Wakil PM Malaysia). Acara tersebut diselenggarakan di Garden Terrace, Four Seasons Hotel Jakarta. (Nursailan)
Jakarta, PedomanNEWS.com — Tiga perusahaan Grup Bakrie dilaporkan telah lalai membayar pajak sebesar Rp2,1 triliun. Perusahaan itu adalah PT Bumi Resource, PT Kaltim Prima Coal (KPC), dan PT Arutmin Indonesia. Bumi menunggak pajak senilai Rp376 miliar, KPC senilaiRp1,5 triliun, dan Arutmin senilai Rp300 miliar. (mediaindonesia.com/ 11/02/2010).
Kasus ini sekarang ramai kembali dibicarakan publik terkait pengakuan Gayus H. Tambunan tersangka korupsi dan pencucian uang di tiga perusahaan Grup Bakrie tersebut yang diduga menyetor US$ 7 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk membereskan persoalan tunggakan pajak mereka.
Lantas apa dan bagaimana sepak terjang ketiga perusahaan milik Grup Bakrie tersebut? Berikut adalah profil singkat tiga perusahaan Grup Bakrie, yang dihimpun PedomanNEWS.
PT Bumi Resources Tbk
Berdasarkan penelusuran PedomanNews diketahui PT Bumi Resources Tbk, adalah perusahaan batubara terbesar di Indonesia. Bumi tidak hanya bergerak dibidang Pertambangan, perusahaan ini juga bergerak di bidang Minyak, Gas Bumi dan Mineral. Sebelum bergerak dalam bidang minyak, gas bumi dan pertambangan, perusahaan ini berkiprah di bidang perhotelan dan pariwisata dengan nama PT Bumi Modern Tbk.
Sejak tahun 1997, PT Bakrie Capital Indonesia mengambil alih 58,51% saham perusahaan dari Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912. Pada tahun 1990 perusahaan resmi mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dan Surabaya. Anda ingin tahu di manakah PT Bumi Resources bermarkas? PT Bumi Resources Tbk, bermarkas di Wisma Bakrie Dua, lantai tujuh Jalan H.R Rasuna Said Kav. B.2 Jakarta.
Alamat Lengkap Kantor PT Bumi Resources Tbk:
Kantor Pusat : Wisma Bakrie 2, Lt 7 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B2 Jakarta 12920 – Indonesia Telepon : (62-021) 5794 – 2080 Fax: (62-021) 5794 – 2070 Email : corsec@bumiresources.comAlamat e-mail ini diproteksi dari spambot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya Website : www.bumiresources.com
PT. Kaltim Prima Coal
PT Kaltim Prima Coal, adalah anak perusahaan yang sahamnya dimiliki masing-masing oleh Perseroan sebesar 13,6%, Sangatta Holdings Limited sebesar 24,5%, Kalimantan Coal Limited sebesar 24,5% dan PT Sitrade Coal sebesar 32,4%. (Data 2007). Selanjutnya PT. Kaltim Prima Coal adalah sebuah perusahaan penghasil batubara terbesar di Indonesia. Perusahaan ini adalah salah satu anak perusahaan PT. Bumi Resources (Tbk). KPC berlokasi di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Alamat Lengkap Kantor PT Bumi Resources Tbk: Kantor : Wisma GKBI, 31th Floor, Suite 3110, Jl. Jend. Sudirman Kav. 28 Jakarta 10210 – Indonesia. Telepon : (021) 5741060 Fax : (021) 5741065 Email : mn2727@idola.net.idAlamat e-mail ini diproteksi dari spambot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya Website : www.kpc.co.id
PT Arutmin
PT Arutmin adalah perusahaan penghasil dan pengekspor batubara terbesar di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali menandatangani kontrak penambangan batubara dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1981 dan merupakan perusahan swasta penghasil batubara terlama di Indonesia.
Seperti yang disebutkan oleh situs www.arutmin.com situs resmi PT Arutmin, disebutkan bahwa perusahaan ini mengoperasikan 5 tambang: Senakin, Satui, Mulia, Asam - Asam dan Batulicin (semuanya di Kalimantan Selatan) serta terminal ekspor batubara yang bertaraf Internasional.
Disebutkan juga bahwa PT Arutmin memiliki aliansi strategis dengan dua perusahaan bertaraf internasional, BHP Billiton dan Thiess Pty Ltd yang memasarkan dan menghasilkan sebagian besar batubara dunia.
Dalam kegiatan usahanya perusahaan pertambangan Batubara ini beroperasi di area konsesi yang dekenal dengan Blok 6 Kalimantan.
Adapun Blok 6 mencakup sejumlah area sempit di bagian timur laut pulau Kalimantan ditambah dengan bagian utara pulau tetangga, yaitu Pulau Laut. Blok 6 terletak di provinsi Kalimantan Selatan yang mencakup sampai 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kota Baru dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Alamat Lengkap Kantor PT Arutmin: Wisma Bakrie 2, Lt 10 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B2 Jakarta 12920 – Indonesia
Sebuah Catatan Politik Untuk Pak SBY dan Pak JK di Awal Tahun 2009.
Gombal, Penipu Kedaulatan Rakyat (GOPEK) itulah kira-kira julukan yang tepat untuk Rezim hari ini, sebagai catatan di awal tahun 2009. Rezim yang tidak konsisten dan istiqomah dengan janji dan tugasnya sebagai mandataris rakyat. Rezim yang telah mendistorsi tujuan dan kepentingan negara. menjadi tujuan dan kepentingan pribadi, kelompok serta golongannya. Terlalu.
Benarklah hal ini? Tentu kita sepakat jawabannya ya! Lantas kemudian apa buktinya? Hampir 4 (empat) tahun lebih bahkan mendekati 5 (lima) tahun umur pemerintahan Rezim SBY-JK, kita masih melihat dengan jelas belum adanya perubahan-perubahan yang radikal dan signifikan direpublik ini. Dibidang ekonomi, kita masih melihat tingginya angka kemiskinan, pengagguran, dan minimnya lapangan pekerjaan. Dibidang politik, kita masih melihat banyaknya politisi-politisi busuk yang berkeliaran, konflik-konflik politik diberbagai daerah yang selalu menghiasi media massa di negeri ini dan selalu mengorbankan rakyat jelata. Dibidang hukum, sosial dan budaya nampaknya masih tidak jauh berbeda dengan bidang ekonomi dan politik yang belum ada perubahan yang signifikan.
Ditambah lagi dengan persoalan sistem demokrasi kita yang telah kehilangan ruh politik dan makna subtansialnya. Yaitu demokrasi yang masih sibuk dalam wilayah debatebel format dan prosedural belaka, serta kurang memperhatikan makna subtansinya. Sehingga demokrasi kita hanya bisa menghasilkan demokrasi untuk demokrasi, belum mampu menghasilkan; kesejahteraan , kebebasan, keadilan, kemanusian, dan menumbuhkan semangat solidaritas yang kuat diantara sesama manusia Indonesia. Lantas mengapa hal ini terjadi?
Jawabannya tentu sangat sederhana, yaitu karena demokrasi kita telah dibajak dan dikangkangi oleh orang-orang “non kaum demokrat” yang pada dasarnya mereka tidak menghendaki praktik berdemokrasi. Sehingga akibatnya, demokrasi kita masih jalan ditempat. Dalam pengertian bahwa demokrasi yang diterapkan di Indoensia sekarang ini masih demokrasi prosedural dan belum mampu menuju demokrasi subtansial. Sehingga makna demokrasi-pun sekarang ini mulai bergeser. Yang awalnya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat menjadi dari rakyat, oleh pejabat, dan untuk pejabat.
Naifnya Pemimpin Hari Ini
Meminjam istilah orang Belanda yang mengatakan “leaden is lijden” yang artinya “memimpin adalah jalan menderita” maka bagaimana dengan pemimpin Indonesia hari ini? Berbicara penderitaan, mereka belum siap menderita demi rakyatnya, berbicara tentang kemiskinan mereka sebenarnya belum pernah berbuat apa-apa untuk menghapuskan kemiskinan, dan sebaliknya mereka malah mengekploitasi kemiskinan menjadi komoditas kampanye politik (political campaign) demi mendapatkan simpatik rakyat.
Sangatlah jelas bahwa pemimpin-pemimpin hari ini belum siap hidup menderita demi kebahagian rakyat dan bangsanya. Kondisi ini juga diperparah lagi dengan mental-mental pemimpin kita hari ini yang sangat naif dan tak tahu diri dengan kondisi negara yang sedang carut-marut diberbagai sektor. Seharusnya mereka menyiapkan dan menyusun agenda perubahan demi terselesaikan persoalan bangsa dan negara . Tapi, apa yang mereka lakukan? Mereka malah sibuk berlomba-lomba berebut “kue” kekuasaan baik di legislatif maupun di eksekutif yang sangat tidak subtansial. Sungguh sangat naif bukan?
Maka sudah tidak ada waktu dan pilihan lain bagi kita sebagai generasi baru, melainkan harus segera merapatkan barisan, menyusun agenda perubahan dan menyatakan sikap politik kedepan serta menolak pemimpin-pemimpin yang bergaya kepemimpinan seperti rezim SBY-JK, Soehartois, dan Pecundang Reformasi. Sekali lagi perlu kita pastikan baik sipil atau militer, muda maupun tua, jawa maupun non jawa, jikalau mereka masih anak kandung ideologis SBY-JK, Soehartois, dan pecundang Reformasi, maka sudah menjadi keharusan bagi kita, untuk mengatakan tidak terhadap mereka! Kerena sesungguhnya apa yang kita perjuangkan ialah tiada lain semata-mata demi merubah fakta hari ini menjadi fakta hari esok yang lebih baik. Semoga!!! (Nursailan Anggota Gerakan Mahasiswa Sosialis Universitas Nasional)
Dewan Perwakilan Daerah ialah sebuah lembaga Legislatif yang lahir secara konstitusional pada tahun 2001, ketika disahkannya perubahan amandemn ke-3 UUD 1945. akan tetapi seacra faktual dan yuridis pertama kali lembaga ini lahir pada bulan oktober tahun 2004 pada saat semua anggota DPD yang baru dilantik dan diambil sumpah jabatannya.
lima tahun keberadaan lembaga ini menghiasi sistem keparlemenan Indonesia, akan tetapi belum terdengar gaungnya lembaga ini dalam mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan rakyat khususnya rakyat daerah. mengapa demikian? hal ini karena sejatinya DPD sebagai lembaga negara dalam cabang kekuasaan legislatif tidak mempunyai fungsi dan kewenangan legislasi "apa-apa".
lantas dengan demikian apakah lembaga ini mau diperkuat atau dibubarkan? tentu diperkuat dan dibubarkan sama-sama harus melalui amandemen kembali UUD 1945 untuk yang kelima kalinya. tanpa amandemen sangat sulit DPD bisa kuat, karena DPD tidak bisa berharap lebih terhadap UU Susduk yang baru. (Nursailan).
Mbak Ani ialah sapaan akrab untuk Dr. Sri Mulyani Indrawati, mantan menteri keungan KIB satu dan KIB dua serta” korban” kartel politik SBY-Ical. Nama Sri Mulyani mulai mencuat ke publik dan selalu mengisi headline-headline media; baik cetak maupun elektronik dalam kasus skandal Bank Century.
Namanya mulai disebut-sebut oleh publik sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas bailout Bank Century bersama Wapres Boediono. Hal ini mengingat posisi Sri Mulyani terkait dengan kasus bailot bank century, dirinya sebagai ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). KSSK ialah lembaga yang memutuskan pencairan bailout/dana talangan untuk Bank Century.
Ketika DPR membentuk Pansus Bank Century yang salah satu tugas pansus ialah untuk mengusut apakah ada pelanggaran hukum dalam pengambilan kebijakan bailout Bank Century. Tak ayalnya nama Sri Mulyani pun menjadi bulan-bulan para politisi senayan.
Berbudaya politik parokhial ,reaksioner, mudah didikte, areferensi, ahistori, serta apolitik itulah kira-kira cerminan mahasiswa sekarang ini..!
Kurangnya peran mahasiswa dalam kehidupan sosial masyarakat akhir-akhir ini. Khususnya yang menyangkut identitas mahasiswa sebagai kaum terpelajar atau yang lebih akrab sering disebut intelektual muda yang tentunya berfungsi menyumbangkan ide, gagasan dan memberikan solusiterhadap permasalahan bangsa dan negara khusnya terhadappermasalahan masyarakat.
Sikap apatis mahasiswa terhadap masyarakat tadi, mulai terasa dan menguat sekitar pasca tragedi reformasi(1998). Sikap dan perilaku mahasiswa seperti ini ternyata tidak hanya terjadi dikampus-kampus di Jakarta akan tetapi praktis hal ini sudah menjalar dikampus-kampus yang lainnya. Hal ini akan lebih jelas terlihat nampak. dari orientasi sikap nilai mahasiswa sekarang ini, yang lebih cenderung berpikir instant/pragmatis. Serta ada kecenderungan mahasiswa sekarang akan lebih enjoy dan merasa senang jika berada ditempat-tempat hiburan seperti Mal Diskotek dan sebagainya.
Sikap apatis mahasiswa seperti halnya diatas tadi hal terjadi bukan karena tidak adanya ajaran kampus atau nilai dasar perguruan tinggi yang tidak menghimbau/mengajak mahasiswanya untuk mengabdi terhadap masyarakat akan tetapi hal ini terjadi karena ketidak tahuan/keawaman mahasiswa sekarang dalam memahai arti peran dan fungsi masiswa itu sendiri..!
Lantas akhirnya yang terjadi ialah mahasiswa selalu di sibukkan dengan kegiatan-kegiatan kampus yang bersifat monoton seperti halnya kegiatan musik,seminar yang tanpa adanya kontribusi yang ril terhadap masyarakat sehingga akhirnya malah menjauhkan kampus dari masyarakat.
Parokhialisme berpikir dan Bertindak.
Mahasiswa yang dianggap oleh masyarakat sebagai kelompok yang terpelajar dan mempunyai intelektual yang cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Serta mampu berpikir kritis, rasional, menjungjung tinggi nilai-nilai Demokrasi dan tentunya yang tak kalah pentingnya ialah berpikir otonom dan berbudaya politik partisipan . Lantas apakah anggapan ini masih relevan untuk mahasiswa sekarang ini? Lantas apakah mahasiswa sekarang ini mempunyai sifat-sifat seperti halnya diatas tadi? Mungkin anggapan tinggalah anggapan, mahasiswa sekarang hanyalah mahasiswa yang selalu sibuk didalam kampus, dan yang paling menyedihkan lagi dari mahasiswa sekarang ialah mahasiswa yang tidak mapu berpikir otonom dan partisipan. Hal ini bisa terlihat jelas ketika terjadinya suksesi kepemimpinan dalam organisasi kemahasiswaan intara kampus.
Tidak sedikit mahasiswa dijadikan obyek sensus politik oleh mahasiswa yang lainnya guna diajak dan dimobilisasi untuk memeilih salah satu calon pemimpin organisasi kemahasiswaan tanpa mereka mengetahuai visi-misinya yang jelas. Serta yang paling memilukan lagi dari budaya politik mahasiswa itu ialah ternyata umumnya berbudaya politik parochial hal ini bisa dilihat dari parisipasi politik mahasiswa, dalam menentukan pemimpin/wakilnya yang duduk di lembaga kemahasiswaan yang lebih banyak dimobilisasi dari pada atas dasar kesadaraan sendiri. Hal ini dikuatkan dengan rendahnya partisipasi politik mahasiswa. Realitas ini sangatlah bertentangan dengan status kelompok mahasiswa yang tingkat pendidikannya cukup tinggi. Dalam pendekatan budaya politik dikatakan bahawa, “faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang menganut budaya politik parochial,subjek atau partisipan ialah tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka orang itu akan lebih partisipan/subjek dalam arti memahami akan arti pentingnya partisipasi politik yang otonom, tanpa campur tangan orang lain. Akan tetapi sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka orang itu akan semakin “rendah tingkat partisipasinya” atau lebih cenderung berbudaya politik parokhial (awam terhadap sistem dan nilai-nilai politik).
Fenomena berpikir dan bertindak parochial pun tidak hanya terjadi dalam lingkup kampus, diluar kampuspun kelompok mahasiswa dianggap oleh sebagian kelompok organisasi masyarakat sebagai kelompok yang sangat mudah dimobilisasi oleh kelompok-kelompok organisasi tertentu untuk ikut dan terlibat menjadi anggota organisasi tertentu yang dilarang oleh pemetrintah/dinggapa sesat (Al Qiyadah, aliran Al-Qur’an suci dll) . Hal ini bisa dilihat dari berbagai kasus yang terjadi belakangan ini seperti merebaknya organisasi-organisasi sosial keagamaan yang dianggapa sesat yang banyak merekrut anggotanya dari kelompok mahasiswa. Hal ini karena kelompok mahasiswa ialah kelompok yang sangat efektif dan mudah untuk diajak menjadi salah satu anggota kelompok organisasi tertentu. Lantas sampai kapankah hal ini terjadi? Mari kita gunakan akal sehat kita dan pemahaman akan arti seorang mahasiswa.
Foto: www.prayudi-wordpress.com
Keterangan: Artikel ini ditulis pada awal tahun 2008.
Engkau adalah tembok itu Tapi di tubuh tembok itu Telah kami sebar biji-biji Suatu saat kami tumbuh bersama Dengan keyakinan: engkau harus hancur. (Wiji Thukul)
Disaat banyak rakyat hari ini yang belum bisa keluar dari belenggu dan jeratan kesusahan dan kemiskinan (busung lapar, bencana kelaparan di NTT, sembako mahal, dan lain-lain).Lantas apa yang dilakukan oleh presiden hari ini? Menyanyi, menonton film dan beriklan itu lah tipikal kepribadian presiden hari ini. Sungguh sangat kontras dan ironis antara nasib kehidupan yang dipimpin dengan yang memimpin (Presiden). Suatu hal yang wajar ketika banyak orang yang menanyakan kembali tanggung jawab dan solidaritas seorang pemimpin (presiden) terhadap rakyatnya.
Pada tanggal 20 Oktober 2008 genap 4 (empat) tahun sudah umur pemerintahan rezim SBY-JK, berkuasa di Republik ini. Dalam umur pemerintahannya yang ke-4 tahun, hal apa yang menjadi prestasi pemerintahan hari ini? Kemiskinan, pengangguran, korupsi, ketimpangan sosial, pelanggaran HAM, ketidakadilan, dan segudang permasalahan rakyat hari ini yang mungkin tidak akan pernah selesai kalau rezim yang berkuasa hari ini masih tetap rezim lama berbaju baru.
Penulis yakin, tidak ada pilihan lain untuk menyelesaikan permasalahan rakyat hari ini ialah dengan jalan meruntuhkan rezim yang berkuasa hari ini sampai keakar-akarnya. Karena sangatlah jelas bahwasanya rezim hari ini tidak mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di atas tadi, apalagi menjawab masa depan rakyat Indonesia hari ini.
Maka pilihannya kemudian ialah generasi baru hari ini harus segera merebut tampuk kekuasan , sehingga kekuasan bisa digunakan untuk kebaikan bersama dan mensejahterakan serta menjawab masa depan rakyat hari ini, semoga. Wassalam…..!!!!!